BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Judging
adalah penilaian tingkatan ternak dengan beberapa karakteristik penting untuk
tujuan tertentu secara subjektif. Judging terdiri atas tiga langkah yaitu,
penilaian melalui kecermatan pandangan (visual), penilaian melalui
kecermatan perabaan (palpasi), dan penilaian melalui pengukuran tubuh.
Memilih ternak berdasarkan visual berarti kita memilih ternak berdasarkan
sifat-sifat yang tampak. Dalam cara ini memilih bibit hampir sama saja dengan
seleksi untuk tujuan produksi. Seleksi berdasarkan visual ini biasa disebut
dengan Judging.
Ternak yang sehat dapat
dipilih dengan melakukan penilaian melalui pandangan dari samping, belakang,
dan depan atas ternak tersebut. Untuk mengetahui bahwa ternak dalam kondisi sehat,
maka perlu diketahui karakteristik ternak yang sehat. Selanjutnya, penilaian
dapat dilakukan dengan pengamatan tulang-tulang rusuk (ribs) untuk
memilih ternak yang gemuk (Ahmad,2010).
Bobot badan sapi merupakan indikator produktivitas ternak
yang menjadi salah satu ukuran penilaian keberhasilan manajemen pemeliharaan
dan penentu harga sapi. Pendugaan bobot badan sapi pada umumnya hanya
berdasarkan nilai ukuran linear tubuh sapi tanpa memperhatikan kondisi tubuh
sapi tersebut. Pendugaan bobot badan sapi juga dapat dilakukan dengan
perhitungan menggunakan rumus schrool dan rumus modifikasi. Teknik penilaian ternak sangat bermanfaat dalam memilih
ternak yang baik sehingga dalam sebuah jual beli tidak ada yang dirugikan.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana cara para blantik melakukan judging
dalam penentuan harga sapi di pasar ?
2. Bagaimana tingkat keakuratan penggunaan rumus
school dan modifikasi dalam pendugaan bobot badan sapi ?
3. Bagaimana cara mengetahui kualitas sapi dari
penilaian ekterior?
1.3 TUJUAN
1. Mahasiswa
dapat menghitung perkiraan bobot badan ternak dengan menggunakan rumus schrool
dan modifikasi
2. Mahasiswa dapat mengetahui kerugian serta
keuntungan dari keakuratan penggunaan rumus shcrool dan modifikasi
3.
Mahasiswa mampu menilai kualitas sapi potong
dengan penampilan eksterior .
4. Mahasiswa mampu
mengaplikasikan perhitungan perkiraan bobot badan ternak dalam kehidupan sehari
– hari
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Penilaian
Kondisi Tubuh
Penilaian ternak
perlu dilakukan untuk menilai seekor ternak yang memiliki kapasitas
berreproduksi dan produksi serta tingkat kesehatan yang normal sesuai dengan
bangsa ternak dan daya beradaptasi pada suatu lingkungan tertentu. Didalam
praktek ilmu tilik ternak digunakan untuk memilih seekor ternak untuk tujuan
tertentu seperti tipe potong/kerja/daging, tipe perah, dan tipe dwiguna.
Penentuan
kualitas atau kondisi dari suatu ternak harus memperlihatkan hal-hal sebagai
berikut :
1. Konstitusi
tubuh
Konstitusi tubuh
merupakan imbangan dari bagian-bagian tubuh ternak, dengan cara membandingkan
bentuk-bentuk dari suatu bagian. Letak bagian tersebut dibandingkan dengan
bentuk yang umum, serta dibandingkan hubungannya dengan bagian lain.
2. Temperamen
Temperamen adalah
sikap atau tingkah laku alami dari seekor ternak, sekaligus menyangkut juga
kemungkinan ada atau tidaknya penyakit atau cacat tubuh yang terdapat pada
seekor ternak. Perbedaan temperamen dapat menyebabkan perbedaan pula di dalam
mengelola ternak-ternak tersebut supaya ternak mampu memberikan produksi secara
maksimal.
3. Kondisi Tubuh
Kondisi tubuh
yaitu keadaan sehat atau tidaknya, gemuk atau kurusnya, cacat tubuh atau
tidaknya suatu ternak baik cacat genetik maupun cacat yang bersifat mekanik.
Kondisi ternak sangat berpengaruh secara langsung terhadap kemampuan untuk
berproduksi secara maksimal.
2.2 Pendugaan
Bobot Badan
Ukuran-ukuran
tubuh mempunyai korelasi (hubungan) yang cukup erat dengan bobot badan. Rumus penentuan berat
badan sapi berdasar ukuran tubuh bertolak dari anggapan bahwa tubuh ternak sapi
berupa tong. Oleh karena itu, ukuran tubuh yang digunakan untuk menduga bobot
tubuh biasanya adalah panjang badan dan lingkar dada.
Berikut adalah Rumus-rumus yang digunakan untuk mengukur bobot badan ternak :
Rumus Schrool
Bobot badan (kg) = (lingkar dada (cm) + 22)2
100
Rumus Winter
Bobot badan (lbs) =
Lingkar dada (inchi)2 x Panjang badan (inchi)
300
Rumus Denmark
Bobot badan (kg) = (Lingkar dada (cm) + 18)2
100
Rumus Modifikasi
Bobot badan (kg) = Panjang badan (cm) x Lingkar dada2
10840
Metode visual adalah suatu metode yang digunakan untuk menafsir berat badan
dengan melihat, mengamati keadaan sapi dengan baik, kemudian kita menafsir
berat sapi tersebut. Metode ini perlu kejelian dan latihan yang banyak supaya
taksirannya hampir mendekati benar. Dan juga metode ini banyak dipakai
oleh para pedagang hewan.
2.3 METODOLOGI PRAKTIKUM
2.3.1
Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum
tentang pendugaan bobot badan yaitu ternak sapi potong jenis PO.Alat yang
digunakan dalam praktikum dasar-dasar sapi perah tentang penilaian kondisi
tubuh ternak dan pendugaan bobot badan yaitu alat tulis, pita ukur, dan tali
raffia.
2.3.2Cara
Kerja
A. Langkah
Kerja :
1.
Mempelajari
cara memperkirakan bobot badan sapi dengan menggunakan rumus schrool dan modifikasi.
2.
Mempelajari
cara mengamati performance ternak sapi dari penampilan luar.
3.
Menyiapkan
alat dan bahan.(pita ukur, pensil,tali raffia, buku dan sapi)
4.
Ternak
diukur pada bagian panjang badan dan lingkar dada. Diusahakan sapi tidak banyak
gerak untuk keakuratan data.
5.
Mencatat
hasil pengukuran pada buku tulis.
6.
Mengamati
sapi dari Arah samping, depan, dan belakang.
7.
Mencatat
hasil pengamatan pada buku tulis.
8.
Menghitung
Perkiraan bobot badan sapi dengan data yang sudah diperoleh.
9.
Menyiimpulkan
hasil dari perhitungan dan pengamatan.
10.
Membuat
laporan hasil praktikum.
BAB
III
HASIL DAN
PEMBAHASAN
3.1Hasil
3.1.1
Pengamatan
Dari hasil pengamatan kondisi
eksterior ternak sapi diperoleh hasil sebagai berikut :
1.
Penilaian ternak dari arah depan
a. Dahi sapi lebar
b. Bahu lebar,
bulat dan berisi
c. Muka sapi
panjang dan lebar
d. Dengan lubang
hidung besar
e. Permukaan
hidung lembab
f. Mata cerah
g. Kedua kaki
depan simetris
2.
Penilaian ternak dari arah samping
a. Ukuran tubuh
besar
b. Tubuh harmonis,
padat, kuat dan berisi
c. Tulang rusuk
ternak tidak terlihat
d. Dada dalam
e. Leher tidak
terlalu panjang
f. Kaki kuat dan
sejajar
g. Tubuh luas
kebelakang seperti baji gergaji / segitiga
h. Punggung lurus
i. Bulu halus
3.
Penilaian ternak dari arah belakang
a. Pantat dalam
dan lebar
b. Kedua kaki
belakang simetris
c. Tubuh atas
lebar dan rata
d. Paha rata dan
lurus
e. Kaki kuat dan
kokoh
3.1.2 Pengukuran
1.
Hasil pengukuran tubuh ternak yaitu : lingkar dada = 140 cm, panjang badan = 135 cm.
2.
Hasil pendugaan bobot badan berdasarkan
perhitungan yaitu :
Rumus Schrool
Bobot badan (kg)
= (lingkar dada (cm) + 22)2
100
=
(140 + 22)2
100
=
(162)2
100
=
26244
100
= 262,44kg
Rumus Modifikasi
Bobot badan (kg) = Panjang badan x LD2
10840
=
134 x(140)2
10840
=
2626400
10840
=
242,28kg
3.2 Pembahasan
I.
Pengukuran
Mengetahui
bobot badan ternak sapi potong adalah hal yang sagat penting untuk diketahui
guna melihat kebutuhan pakan ataupun kesehatan ternak. Penimbangan merupakan
hal yang paling tepat dalam mengetahui bobot badan ternak, tetapi bobot badan
ternak juga dapat diperkirakan atau diduga dengan cara mengukur bagian-bagian
tubuh ternak atau disebut dengan cara manual. Bagian-bagian ukuran tubuh ternak
yang dapat digunakan dalam menduga bobot badan yaitu lingkar dada, tinggi
pundak, panjang badan, dalam dada serta tinggi dan lebar kemudi atau pinggul. Ketepatan dalam pengukuran merupakan hal yang paling penting demi kearutan
data karena akan berpengaruh pada nilai ekonomi dan bisnis sang
peternak.Kesalahan dalam pengukuran merupakan kerugian besar dalam hitungan bisnis
peternak.Sehingga apabila menggunakan dengan cara manual seperti ini harus lah benar – benar teliti.
Bobot
badan merupakan hal yang penting berkaitan dalam menghitung jumlah pakan
ternak. Berat badan sapi dapat diketahui secara pasti dengan melakukan
penimbangan. Akan tetapi, timbangan ternak tidak selalu dapat tersedia, oleh
karena itu dapat dilakukan penaksiran atau melakukan pengukuran dihitung
menggunakan rumus Schoorl, Denmark, Winter, dan modifikasi.
Namun
bobot badan ternak dapat diduga dengan mengukur tubuh ternak, ukuran – ukuran
tubuh ternak yang dapat digunakan untuk menduga bobot badan, dalam dada, serta
tinggi dan lebar badan. Akan tetapi yang paling sering digunakan yaitu lingkar
dada, panjang badan dan tinggi pundak. Ukuran-ukuran tubuh mempunyai kofrelasi
yang cukup erat dengan bobot badan.
Dari
hasil pengukuran dan perhitungan pendugaan bobot badan ternak dengan
menggunakan rumus-rumus penduga bobot badan, maka diperoleh hasil pendugaan
bobot badan menurut schoorl bobot badan 262,44 kg, pendugaan bobot badan
menurut rumus modifikasi 242,28 kg. setelah bobot badan ditaksir maka peternak
dapat mengetahui kebutuhan pakan sapi, mulai dari pemberian pakan hiajaun atau
dengan memberikan pakan penguat berupa konsentrat untuk meningkatkan bobot
badan ternak, pemberian pakan yang diberikan dengan jumlah cukup atau lebih
sesuai dengan kebutuhan ternak dalam penggemukan.
Setelah berat badan sapi
diketahui/ditaksir, kemudian dilakukan perhitungan kebutuhan pakan sapi.
Kebutuhan pakan ternak sapi berdasarkan estimasi intake/kebutuhan bahan kering
(BK) adalah 2,5 – 3 % berat badan.
2.. Pengamatan
. Dari hasil pengamatan eksterior dari
sapi tersebut dapat dibahas bahwa kondisi sapi bila dilihat dari arah depan, samping, maupun belakang tidak ditemukan cacat
tubuh / kondisi yang tidak sehat. Sehingga kondisi ternak tersebut ideal dan
dan tidak cacat.
BAB
IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang
telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1.
Penilaian kondisi tubuh ternak sapi yang
diamati adalah tubuhnya besar berbentuk segiempat, dada terlihat dalam,
punggung terlihat lurus, leher terlihat tebal, kaki terlihat kuat dan kokoh,
bulunya halus, muka atau wajah lonjong dan dahi lebar, bahu lebar dan bulat,
tubuh bagian atas lebar dan rata, paha rata lurus.
2.
Pendugaan bobot badan ternak dapat dilakukan
dengan menggunakan beberapa rumus yaitu: rumus Schoorl dengan nilai 262,44 kg,
rumus modifikasi 242,28 kg.
3.
Dari pengukuran menggunakan rumus schrool dan
modifikasi diperoleh selisih 20,16 kg.Hal ini diakibatkan karena ternak kurang
tenang dan jumlah ke akuratan masing-masing rumus yang berbeda,dengan
menggunakan rumus schrool tingkat ketidak akuratan 22,2 % dan modifikasi 10%.
4.
Dari hasil penilaian kondisi tubuh dan
pendugaan bobot badan kita dapat mengetahui kebutuhan pakan ternak dengan bobot
badan yang berbeda-beda.
4.2Saran
1.
Untuk
mendapatkan data yang akurat, sebaiknya ternak diperlakukan secara baik, supaya
ternak bisa tenang.
2.
Untuk
meyakinkan hasil pengukuran, sebaiknya pengukuran dilakukan secara berulang –
ulang
Esmay, 1960.
Kesehatan Sapi. Kanisus:
Yogyakartas
Frandson, R.
D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak.
Gadjah Mada University Press
Housebandry.
2009. Pengaruh Lingkungan terhadap
Keadaan Fisiologis TernakYogyakarta. (Diterjemahkan oleh: Koen
Praseno).
Roche. 1975.
Pengukuran Berat Badan Ternak
berdasarkan Performance. Yogyakarta: Dinas Peternakan Provinsi DIY.
Subronto.
1985. Ilmu Penyakit Ternak.
Gadjah Mada University Press : Yogyakarta
Sugeng, Y.
B. 2000. Ternak Potong dan Kerja.
Edisi I. CV. Swadaya : Jakarta
untuk kejelasnnya
Klik disini http://downloads.ziddu.com/download/24359818/JUDGING-SAPI.docx.html